Sebagaimana dikatakan para
ulama bahwa hakikat sholat adalah Do’a.
Dalam ajaran islam
sholat hajat sendiri adalah ibadah yang
merefleksikan permohonan pertolongan dan pengharapan kasih saying seorang hamba
dengan menunjukkan sikap butuh, tidak memiliki kuasa, serta daya upaya dan
kekuatan, kecuali atas pertolongan Allah SWT.
Sejatinya, hajat merupakan
salah satu kebutuhan psikologis setiap manusia. Sebagaimana yang telah
ditetapkan menjadi hukum alam bahwa kehidupan manusia disertai berbagai
kebutuhan. Oleh karena itu, islam menjadikan sholat hajat sebagai mekanisme
memohon hanya kepada Allah SWT. Memohon untuk keluar dari belitan kebutuhan
hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian, sholat Hajat bisa
dikatakan sebagai nikmat besar yang diberikan oleh Allah Swt. Bagaimana tidak,
bayangkan saja, memohon pemenuhan kebutuhan/hajat saja bisa bernilai ibadah
yang karenanya mendapat pahala.
Jadi, sungguh merugi orang
yang lupa untuk mengerjakan sholat Hajat apalagi yang tidak mau melaksanakannya.
Allah SWT Berfirman :
“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam
dalam keadaan hina sehina-hinanya.” (Q.S. Al-Mu’min 40 : 60)
Dari sini jelas bahwa
sholat Hajat merupakan salah satu nikmat yang luar biasa. Kemampuan untuk
berdo’a, meminta hajat terkadang jauh lebih penting dirasakan , dibandingkan
dengan jawaban atas do’a tersebut. Seorang bijak pernah berkata, “Aku lebih mencemaskan
ketidakmampuan dalam sholat Hajat daripada terkabulnya do’aku di dalamnya.”
Berdo’a dan meminta
terkabulnya hajat merupakan kebiasaan dan tradiri para nabi dan rasul yang
telah dilakukan secara turun temurun. Sehingga dari sini dapat dilihat bahwa
sholat Hajat adalah Ibadah yang Mulia, bahkan sholat Hajat dan do’a adalah otak
dari inti dari sebuah ibadah.
Niat Sholat hajat.
Sebenarnya tidak ada kriteria khusus mengenai niat sholat Hajat, dan Lafazhnya
juga hamper sama dengan sholat-sholat sunnah pada umumnya. Yang berbeda
hanyalah objek niat yang menjadi sasaran ketentuan niat itu.
Sabda Rasulullah SAW,
“Sesungghnya segala sesuatu itu tergantung dari niatnya. Dan sesungguhnya
(Pahala) terhadap sesuatu tindakan itu atas dasar apa yang telah di niatkannya.”
(H.R. Bukhari Muslim).
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar